Mau mudik, rasanya senang sekali. Rasa senang kadang membuat kita kurang memperhatikan di sekeliling. Kita harus tetap waspada.
Keramaian di terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan dan bandara ini mengundang orang bertindak kriminal. Ada saja peristiwa yang tak terduga dan membuat kita sedih, kesal atau marah. Seperti kejadian yang dialami beberapa kawan saya.
Sebut saja kawan saya ini bernama Kak Rudy. Pagi tadi dia mengantar pamannya ke Terminal Bus Baranangsiang Bogor, Jawa Barat. Tujuannya, mau mudik ke Pemalang, Jawa Tengah. Tiba di terminal sang paman menuju loket pembelian tiket di lantai atas. Tentu saja dia mengantri.
Sedangkan Kak Rudy, menunggunya di lantai bawah. Kursi di sekitar Kak Rudy penuh. Mereka terlihat orang yang mau Mudik karena banyak barang yang dibawa. Kak Rudy pun membawa satu tas milik pamannya.
“Mau ke mana, Pak?” tanya seorang pria di dekat Kak Rudy.
“Ke Pemalang. Saya hanya mengantar, Pak,” jawab Kak Rudy.
Dari sanalah mengalir obrolan dan cerita. Calon penumpang lain pun ikutan ngobrol. Suasana akrab cepat tercipta, mungkin karena sesama pemudik ya. Kak Rudy merasa kalau sang paman sudah lama mengantri.
Dia berniat ke atas untuk melihat keadaan sang paman: sudah dapat tiket atau belum ya? Tapi memikirkan tas milik pamannya. Penginnya sih dia bawa. Tiba-tiba pria yang mengajak mengobrol menawarkan diri.
“Taruh di sini saja biar saya yang jaga,” tawar pria tersebut.
“Tidak biasanya saya percaya sama orang. Tapi ini saya titip tas travel ke orang yang baru saya kenal,” ungkap Kak Rudy.
“Tidak begitu lama saya pergi, saya balik lagi lha orang dan tas travel saya hilang.”
Kejadian ini bisa jadi pelajaran dan bahan pengingat bagi para pemudik untuk selalu diingatkan dan dihimbau jaga barang-barangnya sendiri. Jika mudik berdua, gantian jaga barang. Jangan percaya orang yang tidak kita kenal.
Pewarta : Fitri